Sabtu, 12 Juni 2010

SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

Pendidikan sebagai suatu system merupakan suatu kesatuan dari beberapa unsur dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Unsur- unsure tersebut saling berhubungan dan saling bergantung dalam mencapai tujuan.

Mengkaji system pendidikan pada masa klasik tidak pas jika hanya dilihat dari system pendidikan islam pada masa sekarang. Karena kondisi periode klasik jauh berbeda dari kondisi sekarang. Oleh karena itu, kami akan menggunakan kategori-kategori dalam system pendidikan islam, disini diamatipada masa kejayaan pendidikan islam. Berdasarkan pengamatan pada fakta sejarah dan menggunakan patokan konsep-konsep pendidikan sekarang, meski patokan-patokan tersebut tidak persis sama.

A. Kurikulum

Kurikum dalam pendidikan islam pada masa klasik tentu tidak sama

dengan kurikulum di zaman sekarang ini. Menurut Ahmad Tafsir, kurikulum aadalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Lebih luas lagi, kurikulum bukan hanya sekedar rencana pelajaran,tetapi semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pada lembaga pendidikan saat ini, siswa dituntut mempelajari sejumlah bidang studi yang ditawarkan oleh lembaga. Disamping itu, ia juga diwajibkan mengikuti serangkaian kegiatan sekolah yang dapat memberikan pengalaman belajar. Sedangkan di masa klasik, kurikulum yang terdapat di lembaga pendidikan Islam tidak menawarkan mata pelajaran yang bermacam-macam. Dalam suatu jangka waktu, pengajaran hanya menyajikan satu mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa. Sesudah materi tersebut selesai, baru ia diperbolehkan mempelajari materi yang lain, atau yang lebih tinggi tingkatanya.

Kurikulum dalam lembaga pendidikan di masa klasik pada mulanya berkisar padabidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan social dan cultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa Nabi di Madinah, materi pelajaran berkisar pada pelajaran menulis, membaca Al-Qur’an, keimanan, akidah, akhlaq, dasar ekonomi, dasar politik, dan kesatuan.

Setelah wilayah Islam semakin luas, Islam harus bersentuhan dengan budaya masyarakat non-Islam yang menyebabkan permasalahan social semakin kompleks. Problem social tersebut pada akhirnya berpengaruh besar terhadap kehidupan agama dan intelektual Islam, termasuk ilmu Hellenistik yang terjalin kontak dengan agama Islam. Perkembangan kehidupan intelektual dan kehidupan keagamaan dalam Islam membawa situasi lain bagi kurikulum pendidikan Islam. Maka, diajarkanlah ilmu-ilmu baru seperti tafsir, hadits, fiqih, tata bahasa, sastra,matematika, teologi, filsafat, astronomi dan kedokteran.

Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Qur’an dan agama, membaca menulis dan syair. Dalam berbagai kasus, ditambahkan nahwu, cerita dan berenang. Dalam kasus-kasus lain dikhususkan untuk membaca Al-Qur’an dan mengajarkan sebagian prinsip-prinsipnpokok agama.

Untuk menjadi muslim yang berpengetahuan luas, seorang siswa tidak mesti hanya mempelajari satu bidang studi tertentu, tetapi juga menguasai pengetahuan agama yang lainya, seperti tafsir, tata bahasa dan fiqih. Dalam persiapan mendalami ilmu-ilmu agama dan hokum Islam, siswa harus menguasai tata bahasa arab, termasuk syntax, syair dan prosa.

Ilmu-ilmu agama mendominasi kirikulum di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid, dengan al-Qur’an sebagai intinya. Ilmu-ilmu agama harus dikuasai agar dapat memahami dan menjelaskan secara terperinci makna al-Qur’an yang berfungsi sebagai fokus pengajaran.

Selain itu, hadits dan tafsir juga penting bagi siswa yang ingin menguasai ilmu keagamaan. Hadits merupakan mata pelajaran dalam kurikulum yang paling penting. Selama beberapa abad hadits menjadi materi penting di masjid-masjid. Karena kedudukanya sangat penting sebagai sumber agama setelah al-Qur’an.

Sebagai ilmu yang membahas kandungan al-Qur’an dengan penafsiranya, tafsir merupakan materi kurikulum yang sangat penting. Meski sahabat-sahabat secara umum melarang menafsirkan al-Qur’an- karena hanya Rasululloh yang mampu menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an- belakangan, ulama-ulama tidak ragu-ragu lagi untuk melakukan penafsiran terhadap al-Qur’an, ilmu yang sangat diperlukan oleh setiap hakim dan teolog.

Seperti halnya hadits, pelajaran fiqih sangat diminati pelajar. Pelajaran fiqih adalah materi kurikulum yang paling popular. Mereka yang ingin mencapai jabatan-jabatan dalam pengadilan, tentunya harus memilih untuk mendalami bidang studi ini.

Seni berdakwah (retorika)juga membentuk bagian penting dalam pengajaran ilmu-ilmu agama, karena kemempuan menyampaikan dakwah dengan meyakinkan dan pelajaran yang ilmiah dan memainkan peranan penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan islam dikalangan masyarakat Muslim. Keterampilan berbicara di depan umum termasuk pengalaman pendidikan yang sangat berharga. Dimasa klasik, mata pelajaran retorika terdiri dari tiga cabang, yaitu;

1. Al-Ma’ani, yang membahas perbedaan kalimat dan bagaimana melafalkanya dengan jelas.

2. Al-Bayan. Yang mengajarkan seni mengekspresikan ide-ide dengan fasihdan tidak mengandung arti ganda.

3. Al-Badi’, membahas tentang kata-kata indah dan hiasan kata-kata dalam pidato.

Ilmu kalam sebagai ilmu yang membahas masalah aqidah, diperlakukan lain, tidak seperti hadits, tafsir, fiqih dan sebagainya. Ilmu ini tidak termasuk materi kurikulum yang terpenting.

B. Metode Pengajaran

Dalam proses belajar mengajar, metode pengajaran merupakan salah satu aspek pengajaran yang penting untuk mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru pada para pelajar. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan ilmu oleh pelajar,sehingga murid dapat menyarap apa yang telah disampaikan oleh gurunya dan memilikinya.

Metode pengajaran yang dipakai pada masa Dinasti Abbasiyyah dapat dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan dan tulisan. Metode lisan bias berupa ceramah, dikte, qira-ah dan diskusi. Dikte (imla’) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena pelajar mempunyai catatan. Jika daya ingat pelajar tidak kuat, catatan bias membantunya. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku seperti sekarang ini sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode al-asma’ , sebab dalam metode ceramah, guru membacakan bukunya atau menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada saat tertentu guru berhenti dan memberi kesempatan kepada pelajar-pelajar untuk menulis dan bertanya. Metode qira-ah atau membaca, biasanya digunakan untuk belajar membaca. Sedangkan diskusi merupakan metode yang khas dalam pendidikan Islam pada masa ini.

Metode menghafal merupakan ciri umum dalam sistem pendidikan Islam di masa ini. Metode ini sangat ditekankan. Untuk dapat menghafal suatu pelajaran, murud-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di benak mereka. Sebagaiman yang dikatakan oleh Imam Hanafi bahwa seorang murid harus membaca suatu peljaran dan teru menerus mengulanginya sampai dia menghafalnya.

Akan tetapi, metode menghafal bisa bersifat pasif jikang murid hanya sekedar menghafal tanpa diikuti pemahaman, kemampuan mengabstraksi, atau mengkonstektualisasi, sehingga ilmunya tidak berkembang.

Metode tulisan dianggap sebagai metode yang paling penting dalam proses belajar-mengajar pada masa itu. Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkopian buku-buku terjadi proses intelektualitas sehingga tingkat penguasaan seseorang semakin meningkat, dan akhirnya menimbulkan sistem ta’liqah terhadap karya-karya ulama.

C. Kehidupan Murid

Ketika mempelajari kehidupan murid pada periode klasik, kita akan menemui peristiwa-peristiwa yang menarik dan lucu untuk dikaji. Banyak yang bisa diambil pelajaran untuk diterapkan dalam dunia pendidikan Islam sekarang; dan untuk memecahkan peliknya masalah pendidikan Islam sekarang.

Membahas kehidupan murid masa Klasik penulis merasa perlu membedakan antara kehidupan sekolah di tingkat dasar dan pendidikan sekolah di tingkat tinggi.

Ciri utma kehidupan murid sekolah dasar adalah bahwa ia diharuskan belajar membaca dan menulis. Bahan pengajaran biasanya syair-syair, bukan al-Qur’an karena jika memakai al-Qur’an dikuatirkan mereka membuat kesalahan yang akan menodai kemuliaan al-Qur’an. Pada pendidikan tingkat dasar, murid-murid tidak hanya diajarkan membaca al-Qur’an, tetapi juga menghapalkanny. Murid-murid yang berhasil menghapal seluruh al-Qur’an lebih cepat akan diberi keistimewaan dengan diperbolehkan berlibur.

Belajar di tingkat dasar tidak ditentukan lamanya, melainkan bergantung kepada kemampuan anak-anak. Anak-anak yang tajam otaknya serta rajin akan cepat selesai, sedangkan anak-anak yang kurang mampu dan malas tentu akan lamban belajarnya.

Pada periode klasik, guru bisa meminta gaji dari murid-muridnya. Jumlah gaji terserah kepada setiap anak didiknya, tergantung kepada kemampuan orang tua murid. Secara umum, gaji guru dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu gaji yang berhubungan dengan waktu dan gaji yang berhubingan dengan pelajaran yang didapat oleh si anak. Bentuk gaji yang pertama hampir dibayar oleh semua murid, yaitu berupa sejumlah kecil uang yang dibayarkan setiap minggu atau setiap bulan ditambah sepotong roti yang diberikan setiap minggu. Kadang-kadang pembayaran ini dilakukan pada musim-musim tertentu.

Selain itu ada kuttab atau sekolah tingkat dasar yang tidak menuntut pembayaran dari murid-muridnya. Kuttab ini murid-murinya biasanya terdiri dari anak-anak yatim. Kuttab ini oleh Izzudin Abbas seperti dikuitp Hasan Langgulung, disebut kuttab al-sabil. Dan yang diperlukan untuk membiayai kuttab al-sabil diperoleh dari harta wakaf. Anak-anak yatim yang belajar di sini juga di gaji tiap bulan, begitu juga dengan keperluan alat-alat tulis belajar, seperti papan tulis, tinta, kertas dan sebagainya.

Hubungan guru dan anak (murid) pada pendidikan tingkat dasar seperti hubungan orang tua dan anak. Guru akan mengajar anak didiknya dengan rendah hati. Jika guru menemui anak didiknya berbuat salah, ia akan menegurnya dengan lemah lembut tidak dengan kasar. Tetapi, jika guru sudah tidak dapat mengusai keadaan, ia akan melakukan kekerasan.

Di samping guru memperhatikan tingkah laku anak didiknya, dia juga memperhatikan kemampuan si murid dalam beljar. Dengan melihat kemampuan si murid, guru sering memberi petunjuk kepada anak didiknya tentang pelajaran apa yang cocok bagi mereka. Guru mengukur kecerdasan anak didiknya dengan cara: guru mula-mula memberi pelajaran kepada si anak; kemudian guru mengambil kesimpulan tentang kecerdasan si murid terhadap pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, seperti guru mengukur kekuatan hapalan murid untuk mengetahui apakah ia suka menghapar atau suka berpikir penalaran. Kalau si anak suka menghapal, ia akan diarahkan untuk mempelajari hadis.

Mengenai batas waktu yang harus ditempuh oleh pengajar agar menyelesaikan studinya tidak ada keseragaman. Hal ini tergantung pada minat murid. Alasan mengapa batas waktu yang haru ditempih oleh si pelajar tidak seragam adalah :

i. Karena guru-guru, bahkan lembaga-lembaga pendidikan tidak pernah menawarkan pelajaran khusus yang harus diselesaikan pada waktu tertentu:dan

ii. Sudah menjadi ciri sistem pendidikan Islam di masa Klasik, bahw apelajar diberi kebebasab untuk belajar kepada siapa saja dan kapan saja ia menyelesaikan pelajarannya.

Oleh karena itu, murid-murid bebas memilih guru yang mereka sukai dan yang mereka anggap paling baik. Mereka bebas pindah dari satu guru kepada guru lain jika ia merasa bahwa guru tersebut lebih bagus.

Di antara ciri khas pendidian Islam Klasik adalah teacher oriented, bukan intituition oriented. Kualitas suatu pendidikan bergantung kepada guru, bukan kepada lembaga. Pelajar-pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang mereka kehendaki. Mereka memilih sebuah pengajian berdasarkan guru/ulama yang mengajarkannya, bukan lembaganya.

Begitu mengesankan hubungan guru dan murid pada masa Klasik. Hubungan guru dan murid tidak hanya sebatas yang berkaitan dengan tranmisi keilmuan dan pembentukan perilaku si murid. Sangat besar pehatian guru kepada murid-muridnya. Tak jarang guru menanyakan kepada mereka bila ia melihat salah satu muridnya tida mengikuti pelajarannya dan bertanya di mana ia harus menjenguk muridnya jika ia sakit. Lebih dari itu guru juga sering memberi bantuan kepada murid-murid yang membutuhkannya.

Kebanyakan pelajar-pelajar tidak puas dengan belajar kepada sedikit guru. Jika seseorang pelajar tidak puas dengan pengetahuan yang ia peroleh dari guru-gurunya, ia akan belajar lagi kepada guru lainnya, bahkan bila di kota tempat si murid tinggal tidak ada guru yang dia kehendaki, ia akan pindah ke kota lain untuk belajar kepada guru-guru yang ia inginkan sampai merasaa cukup. Karena tidak ada batasan untuk mengikuti pelajaran suatu guru dan tidak terikat dengan tempat untuk belajar, kadang-kadang murid memiliki jumlah guru yang sangat besar sehingga penuntut ilmu memilki jaringan guru dan sosial yang sangat luas.

D. Rihlah Ilmiyah

Salah satu ciri yang paling menarik da;alm pendidikan Illam di masa Klasik adalah sistem rihlah ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjlanan jauh untuk mencari limu. Menurut Syalabi, cara seperti ini telah berkembang dalam Islam sejak awal. Setelah wilayah Islam meluas, banyak sahabat Nabi dikirim ke daera-daerah yang telah ditaklukkan. Di daerah masing-masing mereka mendirikan lembaga pendidikan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama, termasul al-Qur’an dan hadis karena pada masa itu terdapat hadis-hadis Nabi demi kepentingan agama.

Kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan belajar kepada sedikit guru. Jika tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari guru- guru mereka, mereka akan belajar kepada guru lainnya, bahkan bila dikota mereka tidak ada guru yang mereka kehendaki, mereka akan pergi ke kota lain untuk belajar kepada guru-guru yang dikehendaki sampai merasa puas.

Dengan adanya sistem rihlah ilmiyah, pendidikan Islam di masa Klasik tidak hanya di batasi dengan dinding kelas(school without wall). Pendidikan Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian, sistem rihlah ilmiyah disebut denagn learning society (mayarakat belajar).

Perjalanan menuntut ilmu kadang-kadang memakan waktu bertahun-tahun. Pelajar atau guru berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Panjangnya perjalanan (rihlah)diukur dngan waktu dan jauhnya perjalan. Lama dan jauhnya perjalanan dapat digunakan sebagai bukti luasnya ilmu seorang pelajar. Penilaian masyarakat terhadap paara pelajar di masa ini tergantungkepada banyaknya perjalannan ilmiah dan jumlah guru yang pernah mereka ikuti halaqahnya. Hal ini mendorong pelajar-pelajar untuk menuntut ilmu kepada guru-guru yang mereka kehendaki ddi manapun adanya. Karenanya, pelajar-pelajar memilki jaringan guru dan sosial yang sangat luas.

Sistem perjalan ilmiah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi umat Islam. Dengan adanya perjalannan ilmiah guru-guru dan pelajar-pelajar ke berbagai daerah Islam yang terpisah-pisah dan jauh jaraknya, akan terjadi jalinan budaya antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Kebebasan perjalannan ke berbagai daerah Islam menyebabkan pertukaran pemikiran terus berlangsung antar masyarakat Islam. Proses culture contact tersebut menyebabkan dinamika sosial dan peradaban Islam terus berkembang.

Syalabi, dengan mengutip Nicholson, menjelaskan bahwa melakukan perjalanan ilmiah laksana lebah yang mencari sari bunga ke tempat yang jauh. Kemudian, mereka kembali ke kota kelahiran mereka dengan membawa madu manis. Selanjutnya, pelajar-pelajar tersebut menetap di negeri mereka untuk memenuhi hasrat masyarakat yang telah lama menantikan kedatangan mereka. Umat Islam berdatangan kepada mereka untuk belajar. Selain itu, ulama-ulama ini menulis ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari dari berbagai daerah, kemudian dipersembahkan ke dalam bentuk karya-karya ilmiah.

E. Wakaf

Dalam sistem pendidikan Islam di masa Klasik, tampaknya antara pendidikan Islam dan wakaf mempunyai hubungan yang erat. Lembaga wakaf menjadi sumber keuangan bagi kegiatan pendidikan Islam sehingga pendidikan Islam dapan berlangsung dengan baik dan lancar. Adanya sistem wakaf dalam Islam disebabkan oleh sistem ekonomi Islam, yang menganggap bahwa ekonomi berhubungan erat dengan dengan akidah dan syariat Islam dan adanya keseimbangan antra ekonomi dengan kemaslahatan masyarakat sehingga aktivitas ekonomi mempunyai tujuaj ibadat dan demi kemaslahatan bersama. Oleh karena itu, di saat ekonomi islam mencapai kemajuan, umat Islam tidak segan-segan membelanjakan uangnya demi kepentingan agama dan kesejahteraan umat Islam. Karena didorong oleh ajaran Islam yang menghargai fungsi pendidikan untuk kemajuan agama dan negara. Mereka berlomba-lomba menafkahkan harta untuk pelaksanaan pendidikan, dan pada akhirnya pendidikan Islam berkembang maju. Karen pendikan maju, pemikiran dalam Islam menjadi maju pula.

Menurut Syalabi, bahwa Khalifah al-Ma’mun adalah orang yang pertama kali mengemukakan pendapat tentang pembentukan badan wakaf. Ia berpendapat bahwa kelangsungan pada subsidi negara dan kedermawanan penguasa-penguasa, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama negara menanggung biaya pelaksanaan pendidikan.

Walupun bantuan-bantuan ini diserahkan untuk dimanfaatkan lembaga-lembanga pendidikan, pengelolaan benda-benda wakaf tidak langsung ditangani oleh lembaga yang bersangkutan, tetapi dikelola secara formal oleh orang-orang yang ditunjuk untuk mengurusinya. Harta-harta wakaf biasanya diserahkan secara tertulis dalam bentuk dokumen dengan didampingi oleh saksi. Dokumen tersebut menerangkan ketentuan-ketentuan untuk mengelolah harta wakaf dan untuk apa uang hasil wakaf atau benda wakaf dimanfaatkan. Selain itu, dalam dokumen juga dijelaskan siapa yang akan mengawasi atau mengelolah harta wakaf.

Perana wakaf sangat besar dalam menunjang pelaksanan pendidikan. Dengan wakaf, umat Islam mendapat kemudahan dalam menuntut ilmu. Karena wakaf, pendidikan Islam tidak terlalu menuntuk banyak biaya bagi pelajar-pelajar sehingga mereka baik miskin atau kaya mendapat kesempatan belajar yang sama, bahkan mereka, khususnya yang miskin, akan mendapat fasilitas-fasilitas yang luar biasa dan tiada putus-putusnya. Karena itulah, pelajar-pelajar dan guru-guru terdorong untuk melakukan perjalanan ilmiah.

Eratnya hubungan wakaf dan pendidikan Islam, mempengaruhi kondisi pendidikan Islam, dan selanjutnya berpengaruh terhadap perkembamngan pemikiran Islam.

F. Kondisi Politik dan Hubunganya dengan Maju-mundurnya Pendidikan Islam

Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak bisa dipisahkan dari kondisi politik. Antara politik dan pendidikan Islam terjalin hubungan erat. Berubah-ubahnya kebijakan politik dapat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan Islam. Pada masa Dinastti Bani Abbas/klasik, paham-paham keagamaan turut mewarnai situasi politik si dunia islam. Turun-naiknya berbagai aliran keagamaan dalaam pentas politik, membuat berubah-ubahnya kebijaksanaan penguasa, akibatnya pelaksanaan pengajaran dan pendidikan Islam turut terpengaruh. pendidikan Islam yang sedang mengalami pertumbuhan berkembang menjadi maju pesat karena berubanya suasana dan kebijaksanaan politik islam, bahkan secara perlahan-lahan pendidikan Islam mengalami kemunduran yang susah untuk bangkit lagi sampai saat ini.

Pendidikan Islam yang mencapai masa tunas pada masa Dinasti Umayyah, dapat mencapai kemajuan setelah Diansti Bani Abbas menjatuhkan Dinasti Umayyah. Kemajuan pendidikan Islam terus meningkat setelah Bani Abbas mengambil kebijaksanaan dengan mengangkat orang-orang Persia-yang telah memiliki keemajuan keilmuan- menjadi pejabat-pejabat istana. Orang-orang Persia yang Hellenisme mengpengaruhi umat Islam untuk belajar dan mengembangkan pemikiran Islam. Lebih-lebih lagi, di saat Dinasti Bani Abbas menendalikan aliran Mu’tazilah yang berpikiran rasional, pendidikan Islam mencapai puncak keemasan. Di masa ini, pemikiran Islam mencapai puncak kejayaannya. Filsafat Islam, islam pengetahuan, dan pemikiran Islam maju pesat sehingga Islam menjadi pusat keilmuan yang tak tertandingi di dunia dan filsafat serta ilmu pengetahuannya menjadi kiblat dunia waktu itu.

Bersamaan dengan kejayaan pendidikan Islam di wilayah Bani Abbas, Kerajaan Fatimiyyah di Mesir juga mencapai kemajuan dibidang pendidikan dan intelektual Islam. Tidak mau kalah dengan Dinasti Bani Abbas, Dinasti Fatimiyyah memainkan peranan yang tidak dapat diperhitungkan dalam memajukan pendidikan Islam di dunia Islam. Penguasa-penguasa Bani Fatimi menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islam secra besar-besaran. Mereka juga membangun lembaga pendidikan yang megah dan menjadi salah satu pusat keilmuan Islam. Keberhasilan dan pendidikan Islam di Mesir juga diikuti dengan kemajuan intelektual Islam pemikiran Islam, baik yang bersifat keagamaan maupun ilmu-ilmu rasional.

G. Pendidikan Islam Bagi Wanita

Sebenarnya Islam tidak membedakan antara wanita dan laki-laki dalam pendidikan. Islam memberi kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam menuntut ilmu. Sejak masa klasik telah ditemui wanita-wanita terpelajar. Selain ditemui pengajaran bagi anak-anak perempuan, pengajaran bagi perempuan juga ada. K.Hitti menandaskan bahwa anak-anak perempuan diperbolehkan mengikuti sekolah tingkat dasar. Fayyaz Mhamud juga menjelaskan bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, anak-anak perempuan juga mempunyai kesempatan untuk belajar di maktab-maktab. Akan tetapi, tidak banyak data yang menerangkan bahwa wanita-wanita pun ikut belaajar di lembaga pendidikan tingkat tinggi.

Dalam masa pendidikan Islam di masa klasik, pendidikan Islam bukanlah diperuntukkan hanya bagi laki-laki saja. Wanita pun tidak dilarang pergi ke mesjid untuk mengikuti pelajaran. Akan tetapi, apakah mereka diperbolehkan terlibat langsung dengan murid laki-laki dalam proses belajar mengajar atau mereka belajar secara terpisah.

Syalaby tidak mengingkari adanya pengajaran untuk wanita dan anak-anak perempuan. Namun, ia menolak adanya pengajaran anak-anak perempuan secara terbuka dan terlibat langsung denga murid-murid laki-laki.

Boleh jadi pengajaran untuk anank-anak perempuan tidak dilaksanakan secar terbuka dengan siswa laki-laki. Mereka memperoleh pengajaran di rumah-rumah dengan mendatangkan guru-guru privat.

Ajaran islam sesungguhnya tidak membedakan hak antara perempuan dan laki-laki untuk menuntut ilmu. Ajaran islam mewajibkan bagi laki-laki muslim maupun wanita muslimah untuk menuntut ilmu. Tetapi, dalam praktiknya wanita tidak diberi kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam enuntut ilmu. Mereka tidak boleh belajar bersama-sama di mesjid maupun di madrasah. Menurut Jonathan Berkey, alasan pemisahan pendidikan murid wanita dan laki-laki dan pendidikan adalah karena keahadiran wanita di tengah-tengah dianggap tabu dan dikhawatir akan mengganggu konsentrasi belajar siswa laki-laki. Karena ancaman inilah, al-Din bin Jama’ah, sebagaimana dikutip oleh Berkey, melarang wanita berada di madrasah atau berada di suatu tempat di mana siswa-siswa biasanya lewat, atau melongok ke halaman sekolah melalui jendela.

Karena alasan inilah, dalam sistem pendidikan Islam masa klasik diadakan pemisahan antara kelas wanita dan laki-laki. Pengajaran untuk wanita diadakan secara terpisah dengan siswa laki-laki dan biasanya diselenggarakan di rumah-rumah. Maka dari itu, pengajaran bagi wanita secara formal jumlahnya sangat sedikit dibandingkan pengajaran untuk siswa laki-laki. Hal ini disebabkan oleh pandangan masyarakat Islam yang melarang wanita menduduki jabatan birokrasi, lembaga keagamaan, dan jabatan resmi pemerintahan. Mereka bersikap demikian karena al-Qur’an surat al-Nisa’ 5:34, menyatakan bahwa, “kaum laki-laki adalah pemimpin kaum wanita;oleh karena itu, Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki)tas sebahagian yang lain(wanita).”Walaupun demikian, wanita harus tetap belajar ilmu karena ilmu itu penting. Adapun ilmu yang penting bagi kaum wanita adalah ilmu tentang akhlaak, hubungan deengan sosial atau mu’amalah, ajaran ritual atau ibadah, dan kesehatan.

Mengenai pendidikan wanita, ada data yang menunjukkna bahwa wanita telah mengkadiri suatu majlis yang terbuka terbuka bagi wanita dan laki-laki. Mereka diberi kesempatan untuk bertanya, misalnya, majlis al-wa’dh yang terbuka bagi wanita dan laki-laki. Namun, Muniruddin Ahmed menganggap majlis ini sebagai pertemuan, bukan sebagai pengajaran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wanita telah diberi kesempatan untuk mengikuti kelas- kelas terbuka, tetapi wanita yang dapat merasakan kesempatan ini jumlahnya relatif sedikit.

PENDIDIKAN ISLAM DAN SEJARAHNYA DI MASA AWAL

Kedudukan pendidikan dalam Islam

Pendidikan adalah sesuatu yang essensial bagi manusai.Dengan pendidikan Manusia bisa belajar menghadapi alam untuk mempertahankankehidupannya.karena pentingnya pendidikan Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang paling tinggi.Hal ini dapat dilihat dalam Al-Quran dalam surat Ad-Dzariyat ayat 1-5.Dalam surat ini disebutkan bahwa manusia diberi tujuan akhir sebagai “Kholifah Allah”.Dan tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik apabila manusia melalui Pendidikan.

Banyak ayat Alqur’an yang mendorong manusia untuk menghargai kekuatan akal

.Dengan akal manusia dapat membedakan antara dari manusia dengan benda lain dan benda lain dengan alam sekitarnya.dan dalam Al-Qur’an banyak menyebutkan untuk manusia supaya menuntut ilmu,seperti ”…Maka bertanyalah kamu kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”(Qs Al_Naml:43).Dari penjelasan diatas bahwa ilmu tinggi kedudukannya dalam islam.Untuk memahami ilmu perlu pemikiran, belajar, Dan Memahami.Selain itu ada aspek lain dalam belajar sehingga pendidikan selalu dijadikan keutamaaan.Aspek itu adalah adanya Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber ajaran islam yang memerlukan penjelasan dan dengan pendidikan kita dapat menjelaskan tentang fenomena-fenomena yang ada.

Dalam islam mengajarkan tentang Keesaan Tuhan da kesatuan alam.Islam meyakini bahwa Tuhan telah menciptakan alam ini tanpa pertentangan semua berkaitan.hal ini menunjukkan kesatuan ciptaan tuhan.

Islam mengajarkan alam dan realita.Umat islam selalu mengamati realita tersebaut dengan akal, kontemplasi maupun istiusi.Dengan adanya usaha ini lahirlah disiplin ilmu seperti filsafat, kedokteran, kimia, astronomi dll.Yang merupakan ilmu non agama(menggunakan akal) tetepi dalam islam tidak membedakan antara ilmu-ilmu tersebut.Karena islam menganjurkan mempelajari semuanya. Asal bermanfaat dalam kehidupan kita sebagai kholifah Allah. Disebutkan Dan dalam hadist nabi dikatakan “carilah ilmu mskipun ke negeri Cina, karena mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. Hal itu menjelaskan bahwa mencari ilmu tidak terbatas pada belajar agama tetapi yang lainnya juga. Karena pada cina terkenal dengn industri dan filsafatnya.

Dengan demikian dasar-dasar pandangan islam tentang pendidikan yang memiliki kedudukan yang penting dalam ajaran agama sehingga selalu diutamakan oleh umat islam.

1.2 Pengertian Sejarah Pendidikan Islam

Berbicara masalah sejarah,tidak bisa dipisahkan dari pembahasan tentang “waktu”. Dalam bahasa arab sejarah disebut “tarikh”, Artinya “Ketentuan Masa”. Dalam bahasa Inggris Sejarah disebut “History” artinya Perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa. Dalam Kamus-kamus Bahasa Inggris dijelaskan bahwa sejarah adalah “Peristiwa-peristiwa masa lampau”.

Yang perlu diperhatikan dalam Hal sejarah ini adalah Pembatasan hari lampau yang menyangkut dimensi waktu. Oleh karena itu, disepakati dalam ilmu sejarah bahwa Zaman sejarah bermula ketika Bukti-bukti tertulis telah ditemukan. Sedangkan yang sebelumnya disebut Prasejarah.

Tahap berikutnya adalah dengan membatasi siapa yang melakukan peristiwa masa lampau. Disini, sasaran sejarah bukanlah semata-mata peristiwa, tetapi pelaku peristiwa dalam arti tindakan dan perilaku.

Penulisan sejarah sebelum zaman modern didominasi oleh penulisan sejarah politik.

Munculnya ilmu pendidikan, telah memotivasi umat islam untuk menelusuri perjalanan pendidikan islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia pendidikan besar kegunaannya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya menempatkan fakta tersebut dalam konteks sejarahnya, sehingga pembahasan sejarah pendidikan tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan dan perjalanan pendidikan islam sesuai dengan urutan-urutan peristiwa atau annals.

Selanjutnya akan dikemukakan pengertian sejarah pendidikan islam. Zuhairini merumuskan sejarah pendidikan islam sebagai : (a) Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari satu waktu kewaktu lain, Sejak zaman lahirnya islam sampai sekarang. (b) Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik dari segi Ide dan Konsepsi maupun segi Institusi dan operasianalisasi sejak zaman nabi Muhammad saw sampai sekarang

1.3 Pentingnya mempelajari Sejarah Pendidikan Islam

Dari mengkaji Sejarah kita bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang mulai dari pertumbuhan, Perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan kembali dari pendidikan Islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan Islam dalam segala ide, konsep, Instutusi, sistem dan operasionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu.

1.4 Perkembangan Pendidikan Di Masa Awal

Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, Pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Makkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan Islam mulsi dilaksanakan Rasulullah setalah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada Allah, sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Muddatstsir, 74 ayat 1-7. Menyeru berarti mengajak, dan mengajak berarti Mendidik. Lngkah awal Nabi menyerukan kepada keluarganya terlebih dahulu. Setelah itu, Nabi mulai mengajak Sahabat-sahabatnya yang dilakukannya dengan hati-hati dan tidak sembarangan. Beliau hanya mengerahkan ajakannya kepada sahabat-sahabat yang kuat imannya dan dari kalangan Quraisy yang berpengaruh dimasyarakat, untuk memperkokomh dakwah Rasulullah.

Sesudah nabi mendapat pengikut , beliau menghimpun mereka untuk menerim penjelasan yang diajarkan secara sembunyi-sembunyi dirumah Arqam di bukit Shafa. Menurut syalabi, rumah Arqam ini merupakan lembaga pendidikan islam pertama. Di rumah Arqam, Rasulullah mengajarkan pokok-pokok agama Islam dan membacakan ayat-ayat al-Qur’an kepada para sahabat dan pengikut-pengikut Nabi. Pendidikan pertama yabg dilakukan Nabi adalah membina pribadi Muslim agar menjadi kader-kader yang berjiwa kuat dan tangguh dari segala cobaan untuk dipersiapkan menjadi masyarakat islam dan mubaligh serta pendidik yang baik.

1.5 Perkembangan Pendidikan Di Masa Awal

Berikutnya, Rasulullah mengarahkan dakwahnya kepada Bani Mutholib setelah turun petunjuk Allah dalam QS. al-Baqarah: 214-215. Seruan ini merupakan langkah awal untuk meyampaikan islam secara terang-terangan. Dakwah Nabi ini berjalan selama tiga tahun sampai turunlah wahyu Allah QS.Al-Hijr: 94-95 yang menyerukan islam secara terang-teranga kepada manusia secara umum, baik untuk penduduk mekah maupun luar Mekkah, baik miskin maupun kaya.

Setiap musim haji, Rasulullah mengunjungi kemah-kemah jemaah untuk menyampaikan seruan Islam kepada mereka.

1.6 Perkembangan Pendidikan Di Masa Awal

Pendidikan islam tidak hanya diarahkan untuk membentuk pribadi kader Islam, tetapi juga membina aspek-aspek kemanusiaan sebagai hamba Allah untuk mengelola dan menjaga kesejahteraan alam semesta. Untuk itu, umat Islam dibekali dengan pendidikan tauhid, akhalq, amal Ibadah, Kehidupan sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Ekonomi, Kesehatan, bahkan kehidupan bernegara.

Pada masa awal lahirnya islam, umat Islam belum memiliki budaya membaca dan menulis. Pada masa itu hanya ada 17 orang yang pandai baca tulis dari kalangan Quraisy. Oleh karena itu setelah perang Badar ada beberapa tawanan yang pandai baca tulis, mereka dapat menebus dirinya dengan mengajarkan baca tulis kepada 10 anak muslim untuk seorang tawanan. Menurut Syalabi, lembaga untuk belajar baca tulis ini disebut Kuttab.

1.6 Perkembangan Pendidikan Di Masa Awal

Pada masa Nabi, Negara Islam meliputi seluruh Jazirah Arab dan pendidikan islam berpusat di Makkah. Setelah Rasulullah wafat diganti oleh Khulafaurrosyidin dengan melakukan perluasan wilayah dan juga memperhatikan pendidikan demi Syiar agama dan kokohnya negara islam.

Pada masa Khalifah Abu Bakar telah diguncang pemberontakan orang-orang murtad, orang yang mengaku sebagai Nabi dan orang-orang yang tidak mau membayar Zakat. Pemberontakan orang-orang murtad, nabi-nabi palsu, dan orang-orang yang enggan membayar zakat, memberikan pengalaman bagi umat islam untuk memperteguh ajaran-ajaran islam kepada kaum muslimin.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil. Melanjutkan kebijaksanaan Abu Bakar, Umar bin Khattab mengirim pasukan untuk memperluas wilayah islam.

Dengan meluasnya wilayah islam sampai keluar jazirah Arab, penguasa memikirkan pendidikan islam di daerah-daerah di luar jazirah Arab karena bangsa-bangsa tersebut memiliki adat dan kebudayaan yang berbeda dengan Islam. Untuk itu, Umar memerintahkan mendirikan masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.

Gairah menuntut ilmu tersebut dibelakang hari mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin ilmu keagamaan, seperti tafsir, hadist, fiqih dan sebagainya.

Pada masa khilifah Ustman, memerintahkan untuk membukukan mushaf yang dikumpulkan dimasa khalifah Abu Bakar, dan menghasilkan Al-Qur’an Rasmul Ustmani yang kita pegang sekarang.

Pada masa khalifahn Ali bin Abi Thalib diselimuti pemberontakan hingga berakhir tragis dengan terbunuhnya khalifah ali seperti perang Jamal dengan Aisyah, perang Siffin dengan muawiyah.

Pada pada masa Khulafaurrasyidin pendidikan belum berkembang seprti masa sesudahnya.

Setelah dinasti Umayyah berkuasa, pelaksanaan pendidikan Islam semakin meningkat daripada masa sebelumnya, pada masa ini mulai memperhatikan terhadap pembidangan ilmu tafsir , hadist, fiqih dan ilmu kalam.

Pada masa ini dilakukan penerjemahan buku-buku Yunani

Sabtu, 15 Mei 2010

LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM SEBELUM KEBANGKITAN MADRASAH

Menurut Charles Michael Stanton, lembaga pendidikan islam di masa klasik ada dua macam, yaitu lembaga pendidikan formal dan informal. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga pendidikan yang didirikan oleh negara untuk mempersiapkan pemuda-pemuda Islam agar menguasai pengetahuan agama dan berperan dalam agama, atau menjadi tenaga birokrasi, atau pegawai pemerintahan 

Sabtu, 24 April 2010

zwani.com myspace graphic comments
Myspace Islam Comments & Graphics

ISLAM DAN PEMIKIRAN HELLENISME

Hellenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa yunani kuno."Hellenizein" yang berarti "berbicara atau berkelakuan seperti orang yunani".
Jadi,segala pemikiran dari bangsa yunani, khususnya yang sesuai dengan pemikiran umat islam diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh para ilmuwan – ilmuwan islam. Dari situlah, islam mulai mengalami perkembangan.
Ketika umat islam lahir, bangsa arab dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang berkebudayaan tinggi dan megah. Seperti persia, romawi, yunani, dan india. Sebagi masyarakat yang baru lahir, jika islam hendak memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi, maka harus mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.


Cara umat islam dalam mempelajari kebudayaan bangsa lain,diantaranya yaitu:



1.Mengadopsi kebudayaan – kebudayaan lain, terutama dalam hal transmisi ilmu pengetahuan melalui pendidikan sebagai medianya. Transmisi keilmuan non-islam yang dilakukan oleh umat islam pada zaman klasik sebagian besar berupa pemikiran warisan yunani. Sehingga kebudayaan yunani mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban islam.
2.Menerjemahkan literatur-literatur non-islam. Cara inilah yang membuat pendidikan islam berkembang dengan munculnya lembaga penerjemahan seperti Bait al-hikmah dan sekolah – sekolah penerjemahan. Penerjemahan tersebut menggugah rasa tertarik umat islam untuk mempelajarinya dengan mengambil hal – hal yang sesuai dengan ajaran islam. Buku- buku dari yunani diterjemahkan ke dalam bahasa arab. Selanjutnya mereka mengembangkannya menjadi karya –karya yang asli milik umat islam.

Pemikiran hellenistik merupakan pertama kali menjadi perhatian umat islam. Penerjemahan pertama kali dilaksanakan di masa Dinasti Umayyah. keterkaitan umat islam akan warisan yunani semakin besar setelah terjadi kontak yang makin dekat dengan warisan yunani. Semenjak Al-Manshur naik tahta, umat islam semakin hari semakin terbawa oleh pengaruh peradaban yunani. Al-manshur juga mengangkat seorang dokter utama yang berasal dari pusat pengobatan terkenal di Jendisapur. Dengan hadirnya ilmuwan – ilmuwan dan dokter –dokter dari persia mempertebal rasa tertarik umat islam terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat yunani. Untuk menstranfer karya – karya yunani kedalam islam, Al -manshur lebih benrminat kepada filsafat dan ilmu pengetahuan dan memberikan dukungan besar serta perlindunagn bagi kegiatan penerjemahan. Pengoperan budaya warisan yunani yang telah dirintis oleh Al- Manshur dilanjutkan oleh khalifah Ar-Rasyid. Ketika berkuasa, ia mendirikan sebuah rumah sakit. Pembangunan rumah sakit ini akhirnya mempengaruhi umat islam untuk belajar ilmu kedokteran.
Ketika Al-makmun berkuasa, ia selangkah lebih maju dari ayahnya dengan mendirikan Bait al-hikmah. Suatu lembaga dan perpustakaan nasional untuk kegiatan penelitian dan penerjemahan pada tahun 830 M. Lembaga ini dijadikan sebagai basis pengumpulan manuskrip – manuskrip yunani dan pusat penerjemahan buku – buku sains dan yunani.
Begitu banyak karya – karya warisan yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa arab. Kegiatan penerjemahan dan kajian ilmu pengetahuan dan filsafat yang telah dipelopori oleh penguasa – penguasa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah menjadi contoh bagi penguasa – penguasa dan pejabat – pejabat lainnya untuk melaksanakan kegiatan penerjemahan dan menciptakan suasana belajar yang menarik minat umat islam untuk mengkaji warisan hellenisme. Khalifah – khalifah dan pejabat - pejabat istana membudayakan sistem majelis – majelis di istana – istana mereka dan memberikan bantuan – bantuan finansial untuk mendorong semangat belajar umat islam.
Seperti halnya Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fatimiyyah juga memiliki penghargaan yang sangat tinggi terhadap pendidikan islam. Penguasa – penguasa sangat memperhatikan pelaksaan pendidikan yang berusaha keras untuk mengadakan koleksi manuskrip – manuskrip dan mendirikan perpustakaan yang diberi nama Dar al-'ilm.
Pada tahun 1005, khalifah Al-hakim mendirikan sebuah lembaga penelitian sekaligus perguruan tinggi yang diberi nama Dar al-hikmah. Lembaga ini dibangun untuk menandingi lembaga Bait al-hikmah di Baghdad. Ulama- ulama dan mahasiswa – mahasiswa yang datang ke Dar al-hikmah di beri pelayanan yang cukup memuaskan. Disana disediakan kertas, tinta, dan alat tulis bagi mereka yang mengunjungi Dar al-hikmah. Dan disediakan ruangan belajar untuk menjamin kenyamanan kerja mereka. Bagi pengunjung wanita disediakn ruangan tersendiri. Selain itu Al-hakim juga membangun gedung observatorium di puncak balik cairo.
kontak intelektual dengan hellenisme membawa pengaruh yang sangat dalam bagi peradaban islam. Khususnya di bidang pemikiran islam. Penerjemahan terhadap karya – karya hellenisme tidak hanya meninggalkan karya – karya terjemahan belaka. Pada masa awal penerjemahan banyak bermunculan karya – karya muslimin yang biasanya berwujud ikhtisar atau intrepetasi buku – buku yang berasal dari yunani. Selanjutnya lahirlah generasi penulis – penulis muslim orisinil. Mereka tidak hanya menerjemahkan membuat ikhtisar, komentar atau sekedar mengutip tetapi juga telah mengembangkannya dengan melakukan perenungan pengamatan ilmiyah dan memadukan dengan ajaran – ajaran islam.


Dalam bidang filsafat, munculnya filosof – filosof terkenal yang ikut berperan dalam memajukan pendidikan islam terutama mengenai ilmu – ilmu pengetahuan sains. Diantaranya adalah :


1. Abu yahya Al – Bithriq
Banyak menerjemahkan karya – karya gelen, hiprocrates, dan ptolemi
2. Hunain bin ishaq
Seorang kristen nestorian, banyak menerjemahkan karya – karya yunani. Kebanyakan dari karya – karya gelen, dari karya aristoteles hunain menerjemahkan categories, phisics, magna, moralia, dan hermeneutics. Dari karya plato ia menerjemahkan Aphorisme.
3. Al kindi
Karya tulisannya berkaitan mengenai logika, metafisika, Ilmu kalam, music, astronomi, geometri, kedokteran, astrologi, teologi, ilmu lingkaran, politik, meteorologi, topografi, ilmu meramal dan kimia.
4. Al farabi
Dia termashur namanya dalam bidang logika dan senagi juru bicara Plato dan Aristoteles pada masanya.
5. Ibn Sina
Ditangannya filsafat islam mencapai puncaknya.Dan dialah yang terbesar diantara sekalian pemikir yang menuliskan karya filsafatnya dalam bahasa arab. Melelui dia, sistem yunani dapat ditransformasikan kedalam islam. Karya Ensiklopedinya tentang fisika, metafisika, dan matematika.
6. Ibn Rusyd
Dia menjadi sumber utama Aristotelianisme Eropa abad pertengahan. Profesinya adalah sebagai dokter.
7. Jabir Bin Hayyan
Ia di kenal sebagai bapak kimia.
8. Abu Raihan Muhammad Al Baituni
Ia ahli di bidang fisika
9. Di Bidang Matematika
1) Muhammad Bin Musa Al- khawarizmi
Ia menulis buku-buku mengenai ilmu hitung dan aljabar. Bukunya ”hisab al jabrwa al muqabalah”
2) Ghiyad al din al kasyani
ia diduga sebagai orang pertama yang berhasil memecahkan dalil binomial.teori bilangannya dan teknik komputasinya tidak tertandingi sampai saat ini.bukunya “al risalat al muhitiyyah”
3) Umar khayyam
ia menjelaskan masalah pemecahan geometri dan aljabar.
10. Di bidang astronomi
Di bidang ini muncul sederetan nama – nama ahli astronomi seperti:
1) Ibrahim al farazi
orang pertama yang menyusun astrolabe
2) Ali bin isa al asturlabi
penemu astrolabe
3) Al khawarizmi
4) Umar khayyam
5 )Al zarqali
6)Musa bin Syakir
7)Maslamah Al Majriti

Ilmuwan – ilmuwan islam tersebut mengadakan penelitian untuk mengukur bumi yang rumit.tujuannya untuk mengetahui ukuran bumi dan lingkarannya berdasarkan asumsi bahwa bumi ini bulat.
Beberapa penjelasan diatas merupakan pembuktian bagi kejayaan umat islam di bidang filsafat dan sains sebagai akibat dari kontak intelektual antara umat islam dengan hellenisme.







Referensi :Asrahah, hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Logos.



Disusun Oleh :
Kelompok II

  1. Neni Nur'Ayni
  2. Ainur Rofi'ah
  3. Jannatul Firdaus
  4. Lukluil Maknun
  5. M. Faiz Ali
  6. Dermawan

Jumat, 19 Maret 2010

My School Mts Mambaul Ulum Corogo

A. Sejarah Singkat Berdirinya Mts. Mambaul Ulum
Mts. Mambaul Ulum didirikan pada tanggal 15 Oktober 1968 oleh pengurus madrasah Mambaul ulum, diantaranya: Abdurrahman Dahlan, Abdul Fatah, Abdul Karim, Nur Hasyim, H. Abdul Syakur, H. Abdul Jalil dan tokoh masyarakat corogo, plengkung lainnya.
Para tokoh-tokoh tersebut merasa terpanggil nuraninya mengingat banyak lulusan MI. Mambaul Ulum dan daerah sekitarnya tidak bisa melanjutkan ke jenjang lebih atas karena Sekolah Lanjutan Pertama utamanya Mts. masih sedikit dan berada di kota Kabupaten.
Saat pertama berdiri Mts. Mambaul Ulum masuk siang hari karena gedung yang ada dipakai Mi pada pagi harinya dan siswanya paling banyak lulusan dari MI. Mambaul Ulum sendiri.
Untuk tenaga pendidik antara lain Abdurrahman Dahlan, M. Farhan, Abdul Fatah, Nur Hasyim, Abdul Karim Irsyad, Joko Hoepomo.
Adapun Kepala Madrasah yang menjabat :
  1. Abdurrahman : 1968-1969
  2. Nur Hasyim : 1969-1974
  3. H. Shofjan Salim : 1974-2002
  4. Mokh. Sokheh S.Pd : 2002-2008
  5. Ali Hasyim S.Pd : 2008- Sekarang

B. Visi dan Misi
1. Visi :
Terwujudnya generasi yang tangguh, berkualitas berdasarkan iman, ilmu dan amal.
  • Indikator: - Peningkatan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
-
Unggul dalam Ilmu Keagamaan
- Terampil dalam Komputer
- Unggul dalam Prestasi Olah Raga dan Seni
2. Misi :
- Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta penguasaan terhadap ilmu-ilmu agama, pada Al-Qur'an dan Hadits.
_ Membentuk kepribadian yang akhlakul karimah berdasrakan nilai-nilai agama islam, kemandirian, kesederhanaan, kebersamaan dan tanggung jawab.
_ Meningkatkan prestasi akademik sesuai dengan tuntunan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
_ Mengembangkan minat dan bakat siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki.


C. TATA TERTIB

  1. Siswa sudah hadir di Madrasah 10 menit sebelum bel masuk dibunyikan.
  2. Siswa yang terlambat wajib melapor dan harus mengambil surat izin dari petugas dan diizinkan masuk kelas jika telah mendapat izin dari dewan guru yang mengajar.
  3. Siswa yang tidak masuk sekolah wajib membuat surat izin yang ditanda tangani oleh orang tua / wali murid.
  4. Siswa yang mendapat tugas piket kelas, hadir 20 menit sebelum bel dibunyikan.
  5. Tidak boleh meninggalkan ruang kelas saat jam pelajaran dimulai kecuali dengan izin pengajar.
  6. Siswa diwajibkan memakai seragam sekolah.
  7. Baju rapi dan dalam keadaan dimasukkan (bagi laki-laki).
  8. Memakai songkok hitam (putra) dan berjilbab (putri).
  9. Siswa wajib taat dan patuh kepada Kepala Madrasah, Guru, dan Pegawai Mts.MU.
  10. Siswa wajib mengikuti kegiatan yang diadakan Madrasah (sholat berjama'ah, sholat dhuha, istighosah, dll).
  11. Siswa wajib menjaga dan memelihara sarana dan prasarana sekolah.
  12. Siswa dilarang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan norma agama dan masyarakat.

zwani.com myspace graphic comments

Sejarah Pendidikan Islam

A. Pengertian Sejarah

Secara etimologi sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh yang bermakna keterangan sesuatu. Sedangkan secara terminologi berarti keterangan yang telah terjadi di kalangannya di masa lampau atau masa sekarang. Adapun yang dimaksud dengan ilmu tarikh ialah suatu pengetahuan yang mempelajari keadaan-keadaan / kejadian-kejadian lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat.
Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah history yang berarti pengalaman masa lampau dari umat manusia. Pengartian selanjutnya adalah catatan yang berhubungan dengan kejadian masa lampau yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas. Sebagai cabang ilmu pengetahuan sejarah mengungkap peristiwa-peristiwa masa silam, baik peristiwa sosial, politik, ekonomi maupun agama dan budaya dari suatu bangsa, negara atau dunia.
Berdasarkan pengertian diatas maka sejarah pendidikan islam di indonesia dapat dirumuskan menjadi dua bagian:
  1. Sebagai keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di indonesia dariwaktu ke waktu, dari daerah ke daerah, sejak zaman masuknya islam pertama ke indonesia sampai masa sekarang.
  2. Sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di indonesia baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak masuknya islam pertama di indonesia hingga sekarang.
B. Objek dan Metode Sejarah Pendidikan Islam

Sejarah biasanya ditulis dan dikaji dari susut pandang suatu fakta atau kejadian tentang peradaban bangsa. Maka objek sejarah pendidikan islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan baik formal maupun nonformal.
Metode sejarah pendidikan islam ada tiga, yaitu
  1. Deskriptif : dengan cara ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW, dalam Al-Qur'an dan Hadits, terutama yang berhubungan dengan pengertian pendidikan harus diuraikan sebagaimana adanya. Agar dapat memahami makna yang terkandung dalam ajaran tersebut.
  2. Komparatif : dengan cara ini dimaksudkan bahwa ajaran-ajaran Islam dikomparasikan dengaqn fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam kurun, serta tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu, sehingga diketahui adanya garis tertentu yang menghubungkan pendidikan islam dengan pendidikan yang dikomparasikan.
  3. Pendekatan Analisis-Sintesis : artinya secara kritis membahas, meneliti istilah-istilah, pengertian-pengertian yang diberikan oleh islam, sehingga diketahui adanya kelebihan dan kekhasan pendidikan islam.
C. Manfaat Sejarah Pendidikan Islam

Sumber utama ajaran islam (Al-Qur'an) mengandung cukup banyak nilai-nilai kesejarahan yang langsung atau tidak langsungmengandung makna yang besar, pelajaran yang sangat tinggi dan pimpinan utama, khususnya bagi umat islam. Maka tarikh dan ilmu tarikh (sejarah) dalam islam menduduki arti penting dan berguna dalam kajian tentang islam. Oleh sebab itu, kegunaan sejarah pendidikan islam meliputi dua aspek, yaitu
  1. Kegunanaan yang bersifat umum : sejarah pendidikan islam mempunyai kegunaan sebagai faktor keteladanan. Hal ini terkandung dalam firman Allah (QS.Al-Ahzab:21, QS. Ali Imran: 31, QS. Al-A'raf:158). Berpedoman pada tiga ayat tersebut, maka umat islam dapat meneladani proses pendidikan islam sejak zaman kerasulan Muhammad SAW, zaman Khulafaur Rasyidin, zaman Ulama-ulama besar, dan para pemuka gerakan pendidikan islam. Karena secara global, proses pendidikan islam pada hakikatnya merupakan pengejawantahan (manifestasi) dari pemikiran merekatentang konsepsi islam di bidang pendidikan, baik teoritis maupun pelaksanaannya (masa Nabi dan seterusnya).
  2. Kegunaan yang bersifat akademis : kegunaan sejarah pendidikan islam selain memberikan perbendaharaan perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktek), juga untuk menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi pendidikan islam terhadap segala bentuk perubahan dan perkembangan ilmu teknologi.
Selain itu, sejarah pendidikan islam memegang peranan penting dalam pembangunan dan pengembangan pendidikan islam. Dalam hal ini, sejarah pendidikan islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami dan dinamismenya sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang utuh dan mendasar.

D. Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam

Pendidikan islam pada dasarnya dilaksanakan dalam upaya meyatuhi kehendak umat islam pada masa itu dan pada masa yang akan datang yang dianggap sebagai kebutuhan hidup (need of life). Usaha yang dimiliki, apabila kita teliti dan perhatikan lebih mendalam merupakan upaya untuk melaksanakan isi kandungan Al-Qur'an terutama pada surat Al-Alaq: 1-5.
Prof. Dr. Harun Nasution, secara garis besar membagi sejarah islam ke dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern.
Selanjutnya pembahasan tentang lintasan atau periode sejarah pendidikan islam mengikuti penahapan perkembangannya sebagai berikut:
  1. Periode pembinaan pendidikan islam, berlangsung pada masa Nabi Muhammad SAW, selama lebih kurang dari 23 tahun, yaitu sejak beliau menerima wahyu pertama sampai wafatnya.
  2. Periode pertumbuhan pendidikan islam, berlangsung sejak wafatnya Nabi MuhammadSAW, sampai dengan akhir kekuasaan Bani Umayyah, yang diwarnai oleh penyebaran islam ke dalam lingkungan budaya bangsa di luar bangsa Arab dan berkembangnya ilmu-ilmu naqli.
  3. Periode kejayaan pendidikan islam, berlangsung sejak permulaan Daulah Bani Abbasiyah sampai dengan jatuhnya kota baghdad yang diwarnai oleh perkembangan secara pesat ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam serta mencapai puncak kejayaannya.
  4. Tahap kemunduran pendidikan, berlangsung sejak jatuhnya kota Baghdad sampai dengan jatuhnya Mesir oleh Napoleon sekitar abad ke-18 M, yang ditandai oleh lemahnya kebudayaan islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan dan peradaban manusia ke dunia Barat.
  5. Tahap pembaharuan pendidikan islam, berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon pada skhir abad ke-18 M sampai sekarang, yang ditandai oleh masuknya unsur-unsur budaya dan pendidikan modern dari dunia Barat ke dunia Islam.


PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

A. Pendidikan Islam Pada Masa Nabi di Makkah

Nabi Muhammad saw menerima wahyu yangt pertama di gua hira di Makkah pada tahun 610 M. Yang artinya :"Bacalah (ya,Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam)! Dia menjadikan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya."
Kemudian disusul wahyu yang kedua yang artinya :"Hai, orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah dan beri ingatlah (kaummu)! Dan besarkanlah Tuhanmu! Dan bersihkanlah pakaianmu! Dan tinggalkanlah dosa (berhala)! Jangan engkau memberi supaya mendapat lebih banyak! Dan sabarlah (menurut perintah) Tuhanmu!"
Dari kedua wahyu tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam islam terdiri dari 4 macam :

  1. Pendidikan Keagamaan
  2. Pendidikan 'akliyah dan ilmiah
  3. Pendidikan akhlak dan budi pekerti
  4. Pendidikan jasmani (kesehatan).
Kemudian wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Nabi menyediakan rumah Al-Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan dengan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. Rumah Al-Arqam itulah tempat pendidikan islam yang pertama dalam sejarah pendidikan islam. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar/pokok- pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada pengikut-pengikutnya.
Selama tiga tahun Nabi menyeru penduduk Makkah dengan sembunyi-sembunyi dan tetap berpusat di rumah Al-Arqam.

Cara Nabi Menyiarkan Agama Islam

Cara Nabi menyiarkan agama islam dengan berpidato dan bertabligh di tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang, seperti di pekan 'Ukaz, terutama di musim haji.Ketika itu banyak orang dari suku-suku bangsa Arab datang berkunjung ke kota Makkah. Begitu pula Nabi menyiarkan agama islam dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an yang berisikan petunjuk dan pengajaran terhadap umum.
Pada tahun 12 Nubuwah(621 M) waktu musim haji datang 12 orang laki-laki dari yatsrib (Madinah), lalu bai'ah (bersetia) dengan Nabi serta memeluk agama islam. Kemudian Nabi mengutus Mush'ab Umair pergi bersama mereka untuk membacakan Al-Qur'an dan mengajarkan agama islam kepada penduduk di sana. Inilah guru agama yang pertama yang diutus Nabi ke daerah luar Makkah. Dengan demikian tersebarlah agama islam di Yatsrib.
Oleh karena siksaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin bertambah hebat, lalu Nabi menyuruh mereka Hijrah ke Madinah. Akhirnya Nabi sendiri hijrah pula bersama sahabatnya Abu Bakar (tahun 622 M).

Intisari Pendidikan dan Pengajaran Islam yang Diberikan Nabi SAW di Makkah Selama 13 tahun.
Nabi saw tinggal di makkah sejak mulai jadi Nabi sampai hijrah ke Madinah, lamanya 12 tahun 5 bulan dan 21 hari. Pengajaran itu ialah menyampaikan wahyu Allah (Al-Qur'an) terdiri dari 93 surat yang diturunkan di Makkah yang disebut dengan surat Makkiyah.
Diantara intisari pengajaran di Makkah itu ialah menerangkan pokok-pokok agama islam, seperti beriman kepada Allah, rasul-Nya dan Hari Akhir, serta sedikit amal ibadat. Adapun zakat belum diperinci di Makkah, bahkan zakat waktu itu berarti sedekah kepada fakir miskin anak-anak yatim.
Selain itu Nabi juga menyuruh manusia berakhlak mulia dan berkelakuan baik dan melarang mereka berpengarai jahat dan berkelakuan buruk.
Pendeknya pendidikan dan pengajaran yangt diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta pendidikan 'akliyah dan ilmiah.

B. Pendidikan Islam Pada Masa Nabi SAW di Madinah

Setelah Nabi dan sahabat-sahabatnya hijrah ke Madinah, usaha Nabi yang pertama ialah mendirikan masjid. Setelah selesai dibangun di masjid itu Nabi mendirikan shalat berjama'ah. Bahkan di masjid itu juga Nabi membacakan Al-Qur'an dan memberikan pendidikan dan pengajaran islam. Disana Nabi juga bermusyawarah dengan para sahabat.
Pendidikan pertama yang dilakukan Nabi ialah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan persekutuan. Lalu Nabi mempersaudarakan dua-dua orang. Mula-mula diantara sesama Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya persaudaraan itu bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.

Intisari Pendidikan dan Pengajaran Islam di Madinah
( 10 tahun lamanya dari tahun 1-11 H (622-632 M). Pada masa Nabi di Madinah diturunkan Al-Qur'an sebanyak 22 surat, yaitu kira-kira 1/3 Al-Qur'an.
Dengan turunnya ayat (Al-yauma akmaltu lakum dinakum) sempurnalah turun wahyu Al-Qur'an dan sempurnalah agama islam.
Diantara intisari tersebut adalah:
  1. Pendidikan Keagamaan (keimanan dan ibadat)
  2. Pendidikan Akhlak
  3. Pendidikan kesehatan (Jasmani)
  4. Syari'at yang berhubungan dengan masyarakat
Belajar Membaca, Menulis dan Bahasa Asing Pada Masa Nabi SAW.
Sebelum lahir agama islam penduduk Hijaz telah belajar membaca dan menulis dari penduduk Hirah. Penduduk Hirah belajar dari Himyariyin. Orang yang mula-mula belajar membaca dan menulis diantara penduduk Makkah ialah Sufyan bin Umaiyah dan Abu Qais bin 'Abdu Manaf. Keduanya belajar di Bisyr bin Abdul Malik. Setelah mereka pandai membaca dan menulis, lalu mengajarkannya kepada penduduk Makkah.
Pada masa Nabi saw menyiarkan Al-Qur'an di Makkah bukan saja dengan bacaan, bahkan juga dengan mushaf (tulisan).
Hal itu terang dan nyata dalam peristiwa Umar bin Khattab datang ke rumah saudaranya, didapatinya di rumah itu ada Khabbab bin Al-Arat mambaca mushaf yang berisi surat Thaha. Setelah didengar oleh Umar bin Khattab lalu ia masuk islam.
Di Madinah ada orang Yahudi yang mengajarkan tulis baca kepada anak-anak. Ketika islam datang di Madinah telah ada 11 orang yang pandai baca tulis. Diantaranya Sa'd bin 'Ubadah, Usaid bin Hudhair dan Abdullah bin Ubaiyah dan lain-lain.
Setelah Nabi hijrah ke Madinah, orang-orang yang pandai tulis baca itu disuruh Nabi menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan Allah. Yang mula-mula menuliskan ayat-ayat itu pada permulaan Nabi di Madinah, ialah Ubaiyah bin Ka'b Al-Anshari. Kalau ia tidak hadir lalu Nabi memanggil Zaid bin Tsabit Al-Anshari untuk menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an itu.

Nabi Menyuruh Orang-orang Tawanan Mengajar Anak-anak Tulis Baca dan Menyuruh Mempelajari Bahasa Asing

Waktu peperangan di Badr ada beberapa orang musuh (kaum Quraisy) yang ditawan oleh kaum muslimin. Orang-orang tawanan yang pandai tulis baca dapat menebusi dirinya dengan mengajarkan tulis baca kepada 10 orang anak-anak Madinah. Setelah anak-anak itu pandai tulis baca mereka bebas dari tawanan dan kembali ke negerinya.
Inilah usaha pertama yang dilaksanakan oleh Nabi saw untuk memberantas buta huruf. Dengan demikian mulai tersebar kepandaian tulis baca di Madinah. Bukan saja Nabi menyuruh belajar tulis baca kepada anak laki-laki tetapi juga kepada wanita. Nabi meminta kepada Asy-Syifak, supaya mengajarkan tulisan indah kepada Hafsah sesudah ia pandai menulis biasa.
Oleh sebab itu tidak heran bahwa kuttab untuk belajar menulis dan membaca Al-Qur'an telah ada pada masa Nabi saw. Bahkan di Madinah telah didirikan Darul Qur'an, tempat belajar dan menghafal Al-Qur'an.
Selain belajar tulis baca Nabi juga menyuruh untuk belajar bahasa asing.

PENDIDIKAN PADA MASA KHALIFAH-KHALIFAH
RASYIDIN DAN BANI UMAYAH


A. Pusat Pendidikan
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Bani Umayah negara islam bertambah luas dengan pesatnya.
Pada tahun 17 H (635 M) negara islam telah sampai ke Damsyik. Pada tahun 17 H (638 M) negara islam telah sampai seluruh syiria (Syam) dan Irak. Pada tahun 21 H (641 M) telah sampai ke Persia. Pada tahun 56 H (675 M) telah sampai ke Samarkand. Ke sebelah barat telah sampai ke Mesir tahun 20 H(640 M). Kemudian terus meluas ke Maghrib (Maroko). Pada tahun 93 H(711 M) telah sampai ke Spanyol.
Pusat pendidikan bukan di Madinah saja bahkan telah tersebar pula di kota-kota besar sebagai berikut :
  1. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz)
  2. Di Kota Basrah dan Kufah (Irak)
  3. Di kota Damsyik dan Palestina (Syam)
  4. Di kota Fistat (Mesir)
Tujuan pendidikan di masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayah adalah keagamaan semata-mata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharapkan keridhoan-Nya, lain tidak.

B. Tingkat Pelajaran dan Ilmu-ilmu yang Diajarkan

Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayah sebenarnya telah ada tingkat pengajaran. Tingkat pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca/manghafal Al-Qur'an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur'an mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tinggi gurunya adalah ulama yang dalam ilmunya dan masyhur kealiman dan kesalehannya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan di kuttab pada mulanya adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
  • Belajar membaca dan menulis
  • Membaca Al-Qur'an dan menghafalnya
  • Belajar pokok-pokok agama islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa, dsb.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari :
  • AlQur'an dan tafsirnya
  • Hadits dan mengumpulkannya
  • Fiqih (tasyri').
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN PADA MASA ABBASIYAH

A.Tujuan Pendidikan
  1. Tujuan keagamaan dan akhlak
  2. Tujuan kemasyarakatan
  3. Cinta akan ilmu pengetahuan
  4. Tujuan kebendaan
B.Tingkat-tingkat Pengajaran
  1. Tingkat sekolah rendah (kuttab), untuk belajar anak-anak. Di samping kuttab ada pula anak-anak yang belajar di rumah, istana, di toko-toko dan di pinggir-pinggir pasar.
  2. Tingkat sekolah menengah, yaitu di masjid dan majlis sastra dan ilmu pengetahuan, sebagai sambungan pelajaran di kuttab.
  3. Tingkat perguruan tinggi, seperti Baitul Hikmah di Baghdad dan Darul ilmu di Mesir (Kairo), di masjid-masjid dan lain-lain.




Referensi :
  • Mustafa, A dan Aly Abdullah. 1997. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung : Pustaka Setia.
  • Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Hidakarya Agung.